Story of My Adventures in Jakarta Old Town



Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang sudah menyaksikan perubahan demi perubahan yang terjadi di kota Jakarta. Pertama kali berkarir di sebuah kantor swasta di Jalan Gajah Mada mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2001, cukup banyak peristiwa yang saya alami. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah kota sangat serius membenahi fasilitas dan gedung-gedung tua yang bersejarah di Jakarta kota. Sebagai lokasi tujuan wisata, langkah ini sangatlah tepat. Saya teringat pengalaman yang tidak terlupakan puluhan tahun silam. Setiap kali hilir mudik di lokasi stasiun kota dan sekitarnya, bau pesing dan sampah bertebaran di mana-mana akibat ulah banyak oknum yang tidak menghargai lingkungan. Saat itu masih rawan tindakan kriminal yang seolah-olah lumrah terjadi. Masih ada masalah lain pula yang kerap terjadi saat hujan lebat turun, yaitu banjir besar yang otomatis melumpuhkan kegiatan rutin di lokasi ini.

Kerja keras pemerintah dan pihak terkait lainnya yang mencintai bangsa dan negara patut diapresiasi. Sekalipun tak sedikit haters yang mencibir, saya pribadi sangat berterima kasih atas semua kemajuan ini. Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia sudah tertata rapi. Dimulai dari hal kecil dan tentu saja kerja keras serta pengorbanan yang tak sedikit. Dengan cara ini kita menghargai jasa para pahlawan yang sudah bertaruh nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan setelah sekian lama dijajah bangsa lain. Kota tua menunjukkan pesona dan kemajuannya. Permasalahan banjir pun tak luput dari perhatian untuk bersama-sama diatasi.

Di jam-jam tertentu sejak dulu hingga sekarang, kemacetanlah yang masih tersisa selalu menjadi kendala serius di sekitar sini. Para pengendara sudah harus berpasrah dengan kondisi ini. Tak ada yang lain yang bisa dilakukan selain bersabar dan berhati-hati saat mengemudikan kendaraannya.

Posisi kota tua terletak di Jakarta Barat dan berbatasan dengan pinggiran Jakarta Utara yang mana keduanya terkenal juga sebagai pusat niaga. Pertemuan inilah yang menjadi faktor kemacetan diikuti dengan volume kendaraan yang selalu bertambah setiap saat.

Sarana transportasi umum ke kota tua begitu mudah dan nyaman. Kita bisa memilih tiba di tujuan dengan sarana bis Transjakarta yang murah meriah atau transportasi online. Semua pilihan tersedia. Termasuk bis tingkat yang keren penampilannya. Ada juga commuter line dengan tujuan akhir di Stasiun Kota.

Eksterior Stasiun Jakarta Kota

Stasiun Jakarta Kota atau lebih sering disebut dengan Beos, adalah salah satu tempat bersejarah dan saksi bisu yang masih beroperasi hingga sekarang. Terletak di Jalan Lada. Resmi dibuka pada tahun 1870. Saat ini Beos melayani transportasi commuter line ke berbagai tempat di Jakarta hingga luar Jakarta.

Interior Stasiun Jakarta Kota

Stasiun ini didesain oleh Frans Johan Louwrens Ghijsels yang berkebangsaan Belanda dan lahir di Tulungagung. Tak heran jika nuansa kolonial sangat kental secara keseluruhannya di bangunan ini, baik eksterior maupun interiornya. Selain itu kekohohan strukturnya sudah teruji selama hampir 150 tahun. Sudah pasti sejak awal perencanaannya sangatlah cermat, teliti, dan diperhitungkan dengan matang. Penggunaan materialnya pun bukan yang sembarangan mutunya.

Deretan moncong meriam kuno di pekarangan Museum Fatahillah

Dari Beos, kita bisa menikmati nuansa kota tua dengan melangkahkan kaki ke Museum Fatahillah dan sekitarnya. Di lokasi ini kita bisa menemukan kantor pos, bank, mini market, hotel, dan berbagai jenis cafe. Banyak spot eksotik untuk kegiatan fotografi bagi yang menekuni hobi ini atau sekedar selfie dan wefie. Yang hobi bersepeda, bisa menggowes onthel, juga disediakan di sini beserta aneka topi wanita berwarna warni. Jika ingin bersepeda, maka harus membayar sewanya terlebih dahulu. Seolah-olah kita berada di ratusan tahun silam. Sepeda onthel yang terkesan kuno sekarang, saat itu menjadi raja transportasi. Selain membuat sehat juga tidak menimbulkan polusi lingkungan.

Pengunjung duduk santai di halaman Museum Fatahillah atau bersepeda onthel

Saya dan deretan sepeda onthel | My classic view

Saat menyusuri pinggiran kota tua | My backpacker style

Sekian ratus meter dari pandangan mata, ada gedung seni yang ditandai dengan pilar-pilar beton yang tinggi pada area lobby. Di gedung ini kita bisa menikmati beragam karya seni baik lukisan maupun patung hasil karya anak bangsa yang bernilai tinggi.

Lokasinya teduh karena dipercantik dengan beragam tanaman hias baik di luar maupun di dalam gedung.

Gedung seni di area Museum Fatahillah

Taman di area dalam gedung seni yang asri

Taman di area luar gedung seni yang asri

Taman di area luar gedung seni yang asri

Salah satu pojok lukisan

Batavia Cafe

Menikmati minuman tradisional favorit saya yang segar

Keukenhof Bistro

Di Jalan Kunir ada Keukenhof Bistro yang didesain ala Belanda. Bagi pencinta kuliner dari negara ini, silakan mampir ke sini. Ini adalah bekas Gazebo Cafe yang sudah tutup beberapa tahun lalu. Saya dan teman-teman bule dulunya senang nongkrong di sini untuk beristirahat sejenak. Perbedaan yang cukup menyolok antara Keukenhof dan Gazebo. Gazebo saat itu bernuansa ketimuran dan area cafe tidak tertutup banget namun masih terasa sejuk. Ada kolam ikan koi dan aneka tanaman pot.


Interior Gazebo Cafe yang kini sudah tak ada lagi

Jembatan Kota Intan

Dari Jalan Kunir kita bisa berjalan kaki untuk mencapai Jembatan Kota Intan atau Jembatan Pasar Ayam di atas ujung Kali Besar. Ini adalah jembatan jungkit yang dibangun oleh pemerintah kolonial dengan konstruksi besi dan kayu. Pada masa lalu fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan benteng Belanda dan Inggris. Sekarang bisa dinikmati sebagai lokasi wisata.

Pelabuhan Sunda Kelapa bisa dicapai dengan berjalan kaki. Kita bisa bersampan ria di sana dengan membayar sewa sampan dan dikemudikan oleh pemiliknya. Sebaiknya di saat matahari hampir terbenam agar bisa menikmati keindahannya.

Jika ingin berbelanja heboh, dari Stasiun Kota kita bisa mengunjungi Mangga Dua. Lokasinya tidak jauh dari stasiun. Di sini Mangga Dua Mall, ITC Mangga Dua, dan Pasar Pagi Mangga Dua terintegrasi di Jalan Mangga Dua Raya. Semua bisa ditemukan di sini dan areanya begitu sangat luas.

 
Pasar Pagi Mangga Dua

 
Di dalam ITC Mangga Dua


Pasar Glodok

Kawasan Glodok juga wajib disinggahi. Kawasan ini kental nuansa orientalnya. Disebut juga sebagai kawasan Pecinan. Glodok merupakan salah satu saksi sejarah. Kita akan merasa seolah-olah berada di negeri Cina terutama saat hari raya Imlek. Warna merah dan lagu-lagu Mandarin akan sangat dominan.

Aneka atribut perayaan Imlek di Glodok


Salah satu klenteng di Petak Sembilan, Glodok
   
Menyusuri gang padat di Glodok

Toko Tian Liong yang legendaris serta ikonik di pinggir jalan raya Glodok yang ramai

Saya tidak asing dengan wilayah ini. Setiap tahun saya akan sempatkan untuk kunjungi karena ada teman lama di sana. Tiang Liong adalah salah satu toko tua yang mencolok. Di sini gang-gangnya selalu padat dengan pedagang dan penduduk. 

Dahulu di pertokoan Gloria banyak toko obat herbal Cina dan para sinshe nya siap melayani. Resep ditulis dengan huruf Cina. Dengan cekatan, ramuan diracik lalu dibungkus dengan kertas cokelat. Bau ramuan keringnya sangat khas. Salah satunya Sinshe Mutiara.

Gloria Theatre salah satu ikon lawas di di Pancoran Glodok turut meramaikan dunia hiburan saat itu. Bioskop ini yang pertama pakai AC di Jakarta Barat. 

Sayangnya hanya sampai awal tahun 1990an saja masa kejayaannya, bioskop ini gulung tikar selain akibat ketinggalan zaman. Sedangkan kawasan pertokoan Gloria meredup karena terkena imbas kerusuhan di tahun 1998 disusul kebakaran besar pada tahun 2009.

Kita bisa menjumpai aneka jajanan kuliner di sini baik yang sudah merupakan jajanan kuno maupun yang modern seperti fast food. Saya setuju kalau Glodok disebut sebagai surga dunia belanja, hiburan, dan kuliner. Satu atau dua hilang digerus zaman atau aneka peristiwa, namun bisnis baru lainnya terus bermunculan. Kawasan Glodok tetap ramai oleh pelancong.

Oh ya, salah satu jajanan favorit saya adalah roti Liong. Roti kampung sederhana yang selalu laris manis. Beruntung jika saya mendapatkan roti yang baru matang dan bertekstur empuk.


Roti Liong yang diperjualkan secara keliling sejak tahun 1979

Kedai Kopi Es Tak Kie yang legendaris

Pelayan meracik minuman es kopi yang segar

Nasi Hainam Apollo

Dari Glodok kita bisa meneruskan perjalanan ke destinasi lain. Dari kota tua tersedia bis tingkat selain bis Transjakarta. Lihat saja penampilannya yang keren dan bersih.

Bis tingkat yang keren untuk wisata keliling Jakarta

Bakmi Gajah Mada

Bakmi Gajah Mada adalah salah satu restoran yang dikemas secara modern berlokasi di Jalan Gajah Mada kemudian menyebar ke berbagai daerah. Saya beruntung pernah menyambangi pabrik mie di salah satu gang di dekat Glodok. Pabrik mie ini yang menyalurkan mie dan pangsit mentah ke Bakmi Gajah Mada.

Di Jalan Veteran, Gambir ada es krim legendaris dan terkenal yaitu Es Krim Ragusa. Es krim sangat cocok untuk pencuci mulut. Umumnya kita membeli yang sudah jadi dengan memilih dari freezer yang tersedia di toko. Di sini kita akan dilayani. Es krim Ragusa menggunakan teknologi kuno dari Italia. Pada masanya es krim ini menjadi favorit berbagai kalangan termasuk para petinggi. Eksterior dan interior kedainya bisa dikatakan antik. Para generasi yang sudah berumur menghabiskan waktu dengan menikmati sajian es krim sambil bernostalgia. Kedai es krim ini juga tersebar di beberapa wilayah lain di Jakarta. Manajemennya sangat kekeluargaan.

Tak heran jika banyak yang ketagihan dengan es krim yang satu ini. Rasanya memang lezat sekali. Es krim adalah salah satu hidangan lintas usia, lintas bangsa, dan lintas negara.

Banana split yang diantarkan oleh pelayan

Para pengunjung es krim Ragusa

Es krim berbentuk mie spaghetti dengan taburan sukade warna warni dan kacang tanah giling

Banana Split yang menggoda

Saya kira cukup sampai di sini kisah petualangan saya di Jakarta kota. Tulisan lainnya yang merupakan lanjutan petualangan saya yang tak kalah seru dan edukatif akan saya tuangkan di artikel ini.


Salam blogger,
Merry


Foto-foto tanpa watermark berasal dari berbagai sumber


Komentar

Unknown mengatakan…
Bakmi GM nya favorit. Boleh juga nihh klo ke Jakarta coba makan banana split d Ragusa.
Merry mengatakan…
Tunggu aku balik ya say, he he he